Oleh: Ayu Ristamaya Yusuf Dosen AKAFARMA PIM
Setiap wanita tentu selalu ingin cantik. Kulit putih, halus dan
kencang adalah dambaan mereka. Segala cara dilakukan para wanita untuk
mendapatkannya. Mulai dari perawatan dengan sederhana dan murah yang
dilakukan sendiri di rumah, hingga perawatan kulit yang mahal di salon
atau klinik kecantikan dengan alat yang lebih modern. Biaya sekarang
tidak lah jadi masalah. Wanita sebagai konsumen terbesar industri
kosmetika saat ini, cenderung memiliki pilihan variasi jenis kosmetika
maupun perawatan kecantikan lainnya. Mulai dari kosmetika berbahan alam
(herbal), kosmetika berbahan kimiawi (sintetik) maupun perawatan
kecantikan yang didukung oleh peralatan modern nan canggih.
Produk kosmetika herbal di Indonesia sudah digunakan oleh masyarakat
kita secara turun-temurun. Meski demikian, seiring perkembangan zaman
dan maraknya kosmetika kimiawi yang menawarkan kegunaan dan kepraktisan
yang lebih dari kosmetika herbal, sehingga kosmetika herbal seolah
tersingkir. Namun akhir-akhir ini, dengan didengungkannya program back
to nature atau program sejenis lainnya, masyarakat mulai sadar akan
bahaya kosmetika dari bahan kimia.
Kandungan zat-zat kimia di dalam kosmetika tersebut dapat merusak
kesehatan pemakai. Bahan kosmetik kimia beserta kandungan zat
berbahayanya yang kerapkali menjadi racun utama di wajah. TEA
(Trietanolamin) salah satunya. TEA adalah bahan kimia yang dapat
mengganggu hormon, selain itu juga dapat membentuk nitrosamine, bahan
kimia yang dapat menyebabkan kanker. Bahan ini banyak terdapat di dalam
sampo dan sabun mandi. Sebuah studi yang dilakukan di University of
Illinois menemukan adanya hubungan antara aplikasi yang berulang pada
kulit dengan kanker hati dan ginjal. Memang pemakaian kosmetik kimia
memberikan penampakan yang baik dalam waktu singkat, padahal di dalam,
struktur dan fisiologinya sedang rusak dengan timbunan racun dan zat
berbahaya. Sebagai contoh, penggunakan produk pemutih justru menghalangi
mekanisme perlindungan kulit yang dilakukan oleh melanin untuk melawan
kerusakan akibat paparan matahari, sehingga jika jangka pemakaiannya
lebih lama, kulit menjadi sensitive (mudah teriritasi, warna kulit tidak
merata).
Solusinya, masyarakat dapat menggunakan kosmetika dari bahan herbal.
Banyak manfaat dari pemakaian kosmetika dari bahan herbal tersebut,
antara lain, tidak menimbulkan efek samping, bebas racun/zat kimia
berbahaya dan cara pembuatan kosmetika herbal cenderung mudah dan
sederhana. Kehebatan produk kosmetika herbal bukan tanpa kendala.
Regulasi pemerintah mengenai produk kosmetika herbal masih belum ada.
Selain itu sosialisasi kepada masyarakat mengenai penggunaan produk
kosmetika herbal belum merata. Ini terjadi karena masih ada sebagian
masyarakat di Indonesia masih menggunakan produk yang terbuat dari bahan
kimia dan cenderung menyepelekan produk kosmetika herbal. Keberadaan
industri kosmetik herbal Indonesia sebenarnya memiliki prospek bisnis
cerah.
Di bidang ekspor, bahan baku dan produk farmasi dan kosmetik berbasis
herbal merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan dalam
upaya peningkatan ekspor non migas Indonesia. Nilai ekspor bahan baku
dan produk farmasi dan kosmetik berbasis herbal pada tahun 2008
mengalami peningkatan 34,3 persen, yaitu dari US$ 3,0 miliar pada tahun
2007 menjadi US$ 4,1 miliar. Jumlah usaha dalam bidang industri ini di
Indonesia cukup besar, untuk industri jamu saja terdapat 3.820 unit
usaha dengan 4 skala usaha.
Jika kita menengok ke negara lain seperti Jepang atau Korea, dimana
influence-nya terhadap perkembangan teknologi dunia bahkan telah
merambah hingga budayanya, termasuk masalah perawatan kecantikan. Kedua
negara tersebut telah lama mengembangkan bahan alam untuk produk
kecantikan. Bahkan kosmetik berbahan alam telah menjadi
premium/highclasss cosmetic dengan harga yang tidak murah. Produkproduk
kosmetik herbal mereka mampu menandingi produk kosmetika dari Amerika
maupun Eropa. Mengapa demikian? Jawabnya adalah sinergisnya peran
peneliti di akademisi maupun praktisi di dunia industri. Hasil-hasil
penelitian dengan sangat mudah diaplikasikan untuk industri, sehingga
perkembangan produk kometika herbal di kedua negara berkembang sangat
cepat.
Di Indonesia sebenarnya telah dilakukan banyak penelitian tentang
potensi bahan alam untuk pharmauetical maupun cosmetics oleh
peneliti-peneliti baik dari akademisi maupun praktisi, salah satunya
adalah AKAFARMA PIM. Banyak hasil penelitian baik dari dosen maupun
mahasiswa yang mengusung tema bahan alam sebagai bahan kosmetik, yang
secara nyata dapat diaplikasikan dengan mudah oleh masyarakat mupun
dunia industry. Salah satunya adalah potensi flavonoid maupun antosianin
dari tanaman yang berwarna terang sebagai bahan pewarna dalam cat kuku,
pewarna rambut maupun lipstick. Dengan pewarna alami, akan dihasilkan
efek warna yang lebih soft and natural, jenis riasan yang sedang menjadi
tren saat ini. Senyawa bioaktif dari buah, bunga maupun daun sangat
berpotensi sebagai antimikroba yang dapat diaplikasikan dalam produk
kosmetik untuk perawatan kulit berjerawat. Senyawa antioksidan dalam
tanaman juga dapat dimanfaatkan sebagai antiaging (antipenuaan dini) dan
pencerah kulit, seperti tanaman delima, tomat maupun bengkuang.
Penelitian terbaru membuktikan bahwa tanaman angelica (bentuknya sejenis
seledri) mempunyai potensi sebagai pencerah tanpa menimbulkan efek
iritasi. Hasil-hasil penelitian yang ada jika dimanfaatkan oleh pihak
industry dengan lebih serius, maka akan menjadi prospek baru bagi
perkembangan kosmetika di Indonesia.
Lalu pertanyaannya, kosmetik manakah yang akan Anda pilih? Tentunya
tergantung pada tujuan perawatan, kondisi kulit, kesehatan tubuh dan
tentunya kondisi finansial Anda. Dan yang terpenting pilih lah produk
perawatan kulit yang aman, karena kesehatan adalah harta yang paling
berharga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar