Senin, 23 Maret 2015

Mi Instan Makanan Berbahaya Mitos atau Fakta?



Siapa sih yang nggak doyan mi instan? Hampir sebagian besar masyarakat mengonsumsinya. Rasanya yang enak,lezat, dan gurih pasti menggoyang lidah. Apalagi mi instan ini dinikmati ketika udara dingin, terasa hangat-hangat pedas di lidah.
Mi instan merupakan salah satu makanan siap saji yang saat ini digandrungi oleh banyak orang mulai anak-anak,remaja hingga orang tua.Tidak jarang orang tua menyajikan mi instan untuk buah hatinya. Mengapa demikian? Mi instan merupakan olahan praktis, harganya terjangkau, dan pilihan rasanya beragam. Bahkan anak kos menjadikan mi instan sebagai “makanan kebangsaan”.
Tahukah Anda, ada apa di balik kelezatan mi instan?
Di balik rasanya yang lezat ini banyak hal hal yang harus kita waspadai. Titik kritis kehalalan pada mi instan terletak pada semua bahan yang digunakannya. Tepung terigu, minyak goreng, bumbu-bumbu kan halal? Belum tentu. Tepung terigu pun bisa tercemar bahan haram. Saat ini tepung terigu difortifikasi (diperkaya) dengan vitamin, sedangkan vitamin sifatnya banyak yang tidak stabil sehingga harus di-coating (dilapisi). Salah satu bahan pelapis yang harus diwaspadai adalah gelatin yang kemungkinan berasal dari lemak babi. Selain itu, sumber vitaminnya juga harus jelas, apakah berasal dari hewan, tumbuhan atau mikroorganisme. Ada beberapa mi instan yang mengandung lilin untuk pelapis agar tekstur mi tetap bagus serta tidak mudah putus dan rusak. Campuran bahan seperti ini sering tidak tertulis pada komposisi bahan yang tertera di kemasan mi instan.
Nah..setelah Anda mengetahui  hal ini tentunya akan  bertanya, kira-kira bila kita mengonsumsinya bagaimana? Apakah hal ini sekadar  opini ataukah memang fakta? Banyak persepsi yang akan membingungkan. Berikut  penjelasan Prof.Dr.F.G.Winarno, mantan Presiden Codex Dunia & Ketua Dewan Pakar PIPIMM (Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman) mengenai mi instan.
Mitos : Mi instan mengandung lilin. Oleh karena itu, ketika dimasak airnya menguning.
Fakta : SALAH. Mi instan tidak menggunakan lilin. Lilin adalah senyawa inert untuk melindungi makanan agar tidak basah dan cepat membusuk. Lilin sebenarnya ada pada makanan alami,misalnya apel/ kubis. Kubis jika dicuci dengan air tidak langsung basah, atau apel yang jika digosok akan mengilap. Itulah lilin yang memang diciptakan alam.
Mitos : Mi instan menggunakan bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan.
Fakta : Dalam proses pembuatannya mi instan menggunakan metode khusus agar lebih awet, namun sama sekali tidak berbahaya. Seperti yang telah dijelaskan di atas, salah satu cara pengawetan mi instan adalah deep frying yang akan menekan rendah kadar air(sekitar 5%).
Metode lain adalah air hot drying (pengeringan dengan udara panas). Inilah yang membuat mi instan akan awet hingga enam bulan. asal kemasannya terlindung secara sempurna. Kadar air yang sangat minim ini, tidak memungkinkan bakteri pembusuk hidup apalagi berkembang biak. Bahkan, mi instan tidak beraroma tengik serta tidak menggumpal basah.Langkah terakhir untuk memastikan mi instan layak konsumsi adalah memerhatikan dengan saksama tanggal kadaluarsanya
Mitos : Metode dua air terpisah adalah cara terbaik memasak mi
Fakta : Justru air rebusan mi pertama yang mengandung kandungan betakaroten yang tinggi. Semua vitamin (dari minyak dan bumbu) yang larut dalam air terdapat dalam air rebusan pertama ketika memasak mi. Apabila air rebusan diganti dengan air matang baru, semua vitaminnya menghilang. Selain itu, minyaklah yang membuat mi (atau makanan lain) lebih enak. Jadi air rebusan pertama tidak perlu dibuang. Kandungan betakaroten juga tecoferol dalam minyak sangat berguna memenuhi kebutuhan gizi.
Mitos : Penggunaan styrofoam berbahaya bagi kesehatan, apalagi jika styrofoam terkena air panas.
Fakta : Styrofoam untuk mi instan cup terbukti aman digunakan karena telah melalui standar BPOM  (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Cup yang dipakai mi instan adalah styrofoam khusus untuk makanan yang dapat menyerap panas. Ini terbukti setelah diseduh air panas, styrofoam tidak terasa panas di tangan saat dipegang. Karena proses pressing-nya memenuhi standar, tidak mengakibatkan molekul styrofoam larut (rontok) bersama mi instan yang diseduh air panas. Jadi, jika selama ini khawatir dengan mi instan menempel pada cupnya ketika diseduh air panas, semata-mata disebabkan tingginya kadar minyak dalam mi (sekitar 20%). Desain pun dibuat berbeda yaitu dengan menambahkan gerigi di bagian atas cup sehingga tak langsung panas di tangan.Selain itu, expandable polysteren yang digunakan mi instan telah diuji di penelitan BPOM dan Japan Environment Agency sehingga memenuhi syarat untuk mengemas produk pangan. Dengan demikian, kemasan ini aman digunakan.
Nah setelah tahu penjelasan tersebut tentunya kita harus tetap waspad. Janganlah tubuh kita setiap hari kita manjakan dengan mengonsumsi mi instan.Tubuh kita setiap harinya mengalami proses metabolisme. Sekalipun aman, bila terus mengonsumsi dalam jangka waktu lama,  efeknya pun tidak baik bagi kesehatan.Tetap berhati-hati bahwa mi instan mengandung bahan penyedap. Namun, kita tidak tahu bahan penyedap apa yang digunakan, berapa komposisinya, aman ataukah tidak sehingga lebih baik berhati-hati mengonsumsinya. Jika memang sudah terbiasa, lebih baik mulai dikurangi porsinya. Tetaplah  mengonsumsi makanan yang penuh gizi dan sehat. Makanan sehat tidak harus makanan mahal, tetapi makanan sehat adalah makanan  yang aman dikonsumsi, misalnya  sayuran dan buah-buahan serta makanan berserat tinggi.Healty Food for Healty Life. (Ambar Fidyasari, S.T.P., M.P Dosen Akafarma Malang)